Tuesday, December 27, 2011

'Si Tangan Mungil'

Mata sayu itu menatap pilu, memandangi setiap pengguna jalan raya. santunan kecil yang ia harapkan tak kunjung mampir ke tangan mungilnya.. asap kendaraan bermotor, terik matahari, dan limpahan air hujan setia menemani penantiannya di pinggiran pemberhentian lampu merah..


'Anak jalanan..' sosok mungil berhati baja. segelintir anak yang kurang beruntung di negeri yang kaya, Indonesia.. teringat waktu ku mendapat satu mata pelajaran, PPKN pas smp dulu.. bait pasal manis tertulis 'fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara'.. sepertinya pasal itu hanya ungkapan madu yang realisasinya seperti bratawali, pahit dirasa..


Sementara, 'Situa rakus' nyaman dengan perabot nomer wahid di setiap sudut rumahnya. mobil plat merah selalu menemani perjalanan dinasnya, meski sebagian besar hanya santai belaka, selimut 'dinas' menjadi tameng aman bagi ia menjalankan operandinya memakai dana segar  APBN negeri.. dalam benaknya hanya terpikir, bagaimana caranya ia mampu mengembalikan modal yang ia pakai pas musim kampanye dulu..


Ku beranggapan, hukum hanya berpihak pada kaum berdompet tebal. ia memandang kaum berkantong cekak hanya pemanis penderitaan di lintasan kehidupan. apa ku salah?? rakyat kecil hanya dianggap pas gencar-gencarnya PEMILU..ia diperlukan cap ibu jarinya saja, sebagai bukti sah telah menggunakan hak suaranya.. pasca PEMILU usai, dan sudah ditentukan siapa pemenangnya, kembali rakyat kecil dipandang sebelah mata..


Benarkah ini 'demokrasi' yang selalu dibanggakan? bentuk pemerintahan terbaik era kini. pemerintahan yang dalam janjinya selalu berkata, ''dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat'', namun yang kurasakan adalah, ''dari rakyat, oleh 'rakyat' (kaum borjuis), dan untuk 'rakyat' ''.. permainan kata manis yang selalu dihembuskan oleh pelaku 'demokrasi', asal dapat suara terbanyak, kebijakan apapun akan terlahir dari rahimnya..


.......................................

Kini... 'sitangan mungil' kembali berjalan menyusuri jalanan kota.. sembari menengadahkan tangannya ke setiap pengguna jalan yang lalu lalang mewarnai teriknya Surabaya di siang hari. harapan, impian, dan belas kasih menjadi penguatnya untuk tahan dengan kondisinya, sebutan 'Anak jalanan' tak ia hiraukan, asal ia bisa makan 3 kali sehari, itu sudah lebih dari cukup...

"Ia hanya berjalan menyusuri sudut kota, bermodalkan 'harapan' untuk menyambung hidupnya.."

No comments:

Post a Comment