Saturday, March 3, 2012

Sebuah Pengakuan





Selepas menyaksikan pertandingan cantik antara kubu Liverpool VS Arsenal, Q beranjak ke depan PC Acer yang tergeletak rapi di lantai kamar tidur. Di depan layar 14 inch kuketikkan alamat Blog Q dengan sebuah modem 'anti lelet' di layanan jejaring maya yang setiap harinya diakses ribuan manusia. Sembari membuka-buka daftar pengunjung yang mampir di blog 'sederhana', Q kembali teringat dengan acara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan ITS Surabaya, khususnya Departemen Sosial Masyarakat. Dengan Brand 'Sosdev' acara itu dikemas dengan beberapa rangkaian kegiatan positif, semacam 'sekolah rakyat', 'seribu buku', 'kerja bakti', dan 'tong senyum'. Santun terdengar kala beberapa kegiatan tersebut didengungkan oleh 'ketupel mono' kepada beberapa Sie saat pertama kali pembentukan panitia 'sosdev'.


Serangkaian cerita pun telah menetap di neuron otak yang membentuk lapisan-lapisan memori kenangan. Capek, kala tangan ini membawa properti cukup berat yang dipakai acara. Jijik, kala mata ini melihat seonggok bangkai tikus tak bersalah yang diserubuti belatung-belatung lapar. Ngantuk, kala tubuh ini dipaksa bangun pagi untuk mengusung beberapa macam peralatan ke tempat acara. Canda, kala melihat 'ketupel mono' menderek gerobak sampah dengan tampang polosnya. dan Kenyang, kala diakhir acara perut ini diisi dengan 2 bungkus nasi berukuran 'kuli versi'. Segaris senyum tergambar di wujud muka Q mengingat semua itu..

Namun dibalik itu semua, ada satu hal yang mengganjal di benak Q sampai saat ini. Mengapa dan apa? peserta dari pihak mahasiswa sepertinya agak malu-malu menurunkan jumlah terbesarnya. Padahal acara ini sudah dipublikasikan disetiap angkatan dengan cukup baik oleh pihak panitia. Via sms, FB, omongan bahkan 'ajakan karib' untuk sekedar hadir meramaikan acara yang bertemakan sosial telah diedarkan jauh-jauh hari sebelum acara. Mengapa dan apa? rasa sosialkah yang dijadikan kambing hitam disini? rasa sosial yang kian generasi ke generasi mahasiswa semakin menurun? rasa iba yang semakin tipis dimiliki? atau rasa jijik hanya sekedar untuk turun ke wilayah yang 'kurang nyaman' dibandingkan dengan istana rumah atau pendopo kos? rasa ego dengan 'pangkat' mahasiswa yang dimiliki serasa tak pantas berjabat tangan dengan masyarakat? Mengapa dan apa???..

Miris.. melihat sifat 'kefir'auan' yang ada di sebagian mahasiswa generasi kini. Padahal jika ditelisik lebih dalam, sebagian biaya kuliah kita salah satunya ditopang oleh ekonomi mereka. Susah payah mencari nafkah, mereka dengan ikhlas menyisihkan sebagian rezekinya untuk membayar pajak kepada 'pemerintah pesakitan'. Dan dengan egonya kita kuliah dengan sumbangan dari pundi uang masyarakat kecil. Tidakkah kita berfikir? sungguh kejam dan beringas jika kita dengan alasan sibuk kuliah tak pernah sedikitpun memikirkan nasib mereka? sedikit senyuman dan uluran tangan kepada mereka sungguh mampu membuat segaris senyum bahagia. Entah itu hanya sebentuk mengajari anak-anak mereka, atau duduk diam mendengar aspirasi jujur yang keluar dari pita-pita suara penuh keikhalasan.. 

Bukan bermaksud mengajari atau menghakimi. Toh Q disini juga mempunyai nasib yang sama seperti kalian. Q masih bertindak sebagai mahasiswa yang memakai 'uang mereka' untuk biaya kuliah Q yang mahal. Untuk itulah, mari kedepankan jiwa memiliki antar satu sama lain. Entah ia mahasiswa, nelayan, tukang becak, buruh tani, presiden, petani, bahkan koruptor sekalipun mereka memiliki hak dan kewajiban untuk diberi uluran tangan. Itulah eksitensi kehidupan kita sebagai 'makhluk sosial'..

11:35 PM.. di pojok kanan PC Acer Q tercantum, menandakan malam kian larut dengan peraduannya. Tak terasa mata dan tangan ini makin berat untuk kulanjutkan pengawasan dan pengetikkan Q.. Sembari  menulis untuk paragraf terakhir postingan Q kali ini, kurapikan bantal dan kasur ku untuk menemani petualangan Q di alam mimpi...

No comments:

Post a Comment