Thursday, December 8, 2011

Kisah 12 orang bertafakur di bumi pendakian Penanggungan

23.30...

12 orang merapatkan barisan dan berdoa dengan tenang, berharap dalam perjalanan menyusuri kaki dan lereng Gunung Penanggungan dengan selamat... Yah, sore ini mencoba flashback ulang kisah 12 orang hebat yang mencoba bertafakur dengan alam ciptaan sang Esa. Dengan Carrier di punggung masing-masing, kami mulai perjalanan malam kami dalam upaya menemukan keindahan di suasana yang semakin membuat kami merasa kami hanyalah makhluk kecil yang ditempatkan secara beruntung di bumi ini..

Dengan Rijal dan Eko dibarisan depan sebagai pembuka jalan, diikuti Anam, Aku, Lukman, Pono, Faishal, Hilman, Dayat, Doni, Ari, dan Bin mengikuti dibelakang.. Suasana gelap, tenang, hanya terdengar derap langkah 12 orang, ungkapan pita suara binatang malam, dan nyala lampu senter yang dibawa masing-masing dari kami..

Dalam hatiku hanya bisa berdzikir menyebut asma-Mu dan berjalan perlahan menyusuri jalanan kaki Gunung Penanggungan, di ketinggian sana berdiri kokoh sang puncak penanggungan, melukiskan kebesaran sang Esa.. Sekian waktu berlalu... cahaya senter menerangi samping kiri kami, nampak sebuah papan penunjuk bertuliskan POS 1.. Alhamdulillah, sudah sampai di POS pertama.. Kami pun memutuskan berhenti sejenak, sedikit air minum layak kami setorkan untuk kerongkongan kami yang kering.. Gluk..Gluk.. satu persatu dari kami memanjakan kerongkongan dengan tertib...

Perajalanan berlanjut... nampak sisi kiri dan kanan kami tertuang jurang yang cukup terjal, hanya diam dan hati-hati yang bisa kami lakukan. Berjam-jam kita susuri trek penanggungan, yang menurutku 3x lebih susah dari Panderman, gunung pertama yang kami jamah untuk mencoba bertafakur dengan alam.. Raut wajah kelelahan nampak disetiap tatapan kami, tapi itu tidak membuat kami putus asa..

02.45..

Satu persatu dari kami telah sampai di Kendit (lahan luas yang nyaman untuk camp), kami tak henti-hentinya terpana melihat pemandangan elok yang disuguhkan di bawah sana, kelap-kelip kota mojokerto melambangkan suasana yang terang benderang di bawah sana, sedamng kami disini hanya mengandalkan lampu senter dan pertolongan dari sang Esa.. Kami memutuskan untuk Camp disini, karena muncak dalam kondisi wajah-wajah lelah kami dan udara dengan suhu sekitaran 10 derajat Celcius, sepertinya keputusan yang salah jika kami tetap meneruskan perjalanan kami..

Butuh 25-30 menit buat kami unutk mendirikan 3 buah tenda yang akan memberikan kami sedikit perlindungan dari terpaan angin yang berhembus dari lereng gunung.... Dengan kaki yang sedikit ngilu karena capek dan faktor udara dingin, kuberupaya untuk mendapati posisi nyaman untuk tidurku, Bismillah... Tidurrr.......

Disela istirahatku, kudengar sautan kecil seseorang berkata, : Shalat.. Shalat.. ndang tangi rek, shalat subuh? dengan berat mataku kubuka, kudapati si Bin sedang asik membangunkan kami seraya tangannya asik tertelungkup menerima panas dari api unggun yang dibuatnya semalam... Kudapati rekan-rekan ku pun mulai terbangun, langsung ku beranjak keluar dari tenda dan ku usapkan tangnku pada rerumputan yang basah karena embun pagi, seraya tayamum sebagai penyuci tunuh dan jiwaku untuk menghadap pada sang Esa.. "Allahuakbar..."..  kewajibanku tertunaikan, saatnya sedikit mengisi tubuh dan berpose pose seraya memandangi eloknya pemandangan di sekitaran kami.. "Subhanallah...""

06.30...

Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami dan sarapan di puncak sana.. Bismillah... persiapan logistik dan perapian sudah terkumpul di satu Carrier.. kami siap Muncak !!! dengan asa yang maksimal, kami muali pendakian menuju titik tertinggi dari Gunung Penanggungan..

Dengan tertatih kami mendaki lereng dengan sudut pendakian berkisar 30-50 derajat, terkadang bahkan sering tubuhku merangkak untuk menyusuri lereng ini, saat ku melongok kesamping kiri dan kanan, terhampar luas lembah dan awan yang bergerak di samping kiri dan kanan ku.. sekitar 1,5 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di titik tertinggi Penanggungan, seraya mengingat perjuangan dan perjalanan yang kami tempuh untuk sampai disini, seakan tidak percaya.. Seringkali kami tergelincir dan terjatuh, namun itu terbayar dengan keadaan dan untaian alam yang terhampar di setiap perjalanan kami, gua botol pun memberikan sudut pandang yang indah.. perasaan tersendiri dalam relung hati kami..

Subhanaallah... 3x (tak hentinya kuucpakan dalam hati kecilku...)

Mungkin sampai disini, kisah ku yang kutuliskan, insyaallah perjalanan turun menaklukan lereng gunung penanggungan akan segera diposting, dan tunggu kisah kami di alam pendakian selanjutnya....



























4 comments:

  1. teringat menembus kabut tebal dan hujand eras di penanggungan

    ReplyDelete
  2. sama mas bro, kita pas turun gunung juga disertai hujan.. jalanan licin..

    hehehe

    ReplyDelete
  3. ada lomba menulis tntang perjalanan mahasiswa ITS di Alam Indonesia zen,, ayo melu..
    ntar yg menang bs masuk ke buku "Dari Kampus SUKOLILO ke Alam Negeri'ku Indonesia". ayo!!

    ReplyDelete