Saturday, August 4, 2012

Absurd


Manusia dimanapun dilahirkan dari rahim seorang wanita. Terserah Ia memanggil sosok itu dengan sebutan Emak, Ibu, Biyung, Emes, atau sebutan khas daerah lainnya. Makhluk satu ini memang diciptakan oleh sang Esa memiliki berlebih kemampuan dibandingkan sejumlah makhluk lain, yang hanya bermodalkan akal saja maupun nafsu belaka. Terlebih dengan wujud jasmani sempurna lagi baik yang menempatkan Ia sebagai pemuncak atas Hierarki makhluk penghuni bumi. Tingkat intelegensia diatas rata-rata dan kemampuan bawaan yang dipunyainya menempatkan dirinya sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri serta manusia lain yang kebetulan mau Ia pimpin. Terkadang perselisihan sesama manusia mewarnai lembaran cerita siapakah penikmat tampuk kekuasaan yang nantinya pemenangnya akan dielukan keberadaannya sebagai seorang pemimpin. Dan disinilah, keabsurdan sebagai makhluk manusia menggeliat memudarkan nilai kemanusiaan itu sendiri.

Manusia memang istimewa. Beragam intrik mampu Ia telurkan demi menggapai tujuan hidupnya. Terkait dalam tulisan sederhana ini ialah cara yang Ia tempuh untuk menjadi penguasa di negri kaya tak berdaulat, bisa dibilang negri pesakitan. Satu pedoman yang berlaku ialah ‘anda mampu mencalonkan sebagai calon penguasa jika anda punya modal, sekalipun anda tak paham sedikitpun apa itu politik mengurusi masyarakat.’ Untuk itulah muncul puluhan ‘partai kosong’. Mereka berlomba mendapat simpati rakyat, yang dalam hal ini keberadaannya hanya dianggap ketika PEMILU akan berlangsung. Janji manis sampai slogan ‘pemerintahan bersih’ diusung demi mendapat statistik tertinggi dalam perhitungan suara nantinya. Seakan terbius, sebagian rakyat yang memang nampak pasrah dengan keadaan negri pesakitan, atau memang Ia tertutupi mata politiknya oleh kesibukannya sebagai pencari rupiah ataupun pencari ilmu fundamentalis. Sampai benar-benar ketenangannya terusik oleh kebijakan yang meracuni indah dunianya, barulah manusia ini tergugah untuk mengatakan tidak pada penguasa. Egois, bahkan tak berperikemanusiaan layaklah disematkan untuk tipikal manusia seperti ini. Idealnya ‘Manusia normal’ haruslah tegas jika nampak bentuk pemerintahan absurd serta bentuk pergantian pemimpin penuh kecurangan yang marak terjadi di negri Ia hidup. Hingga aku pun bergumam, : ‘Negri ini akan tetap dengan pesakitannya, jika manusia-manusia didalamnya semakin absurd dengan nilai kemanusiaannya. Dan lengkaplah sudah penyakit yang diderita negri ini, saat manusianya terutama pemimpin yang berkuasa mementingkan urusan perut dan urusan tunduk pada kekuasaan asing.’ Lantas kelanjutan nasib negri ini akan menjadi seperti apa jika manusia-manusia pengisinya semakin menjadi tak bermakna. Perlahan negri ini akan melebar luka yang Ia derita, semakin lebar dan membusuk keberadaannya. Hingga bangsa lain akan teramat kasihan melihat kondisi negri ini. Namun bukan uluran yang didapat, melainkan satu persatu dari mereka akan berebut daging yang terkelupas dengan sendirinya. Yah.. negri ini akan menjadi hidangan sedap bagi negri-negri lain di dunia. Sebuah tanya dari diriku, : ‘Apakah anda sebagai manusia yang mengaku masih normal akan terdiam membisu menatap keabsurdan yang melanda saudara-saudara manusia lain?. Pergunakanlah kehebatan kalian sebagai bangsa manusia. Sebuah ciptaan sang Esa dengan segudang kelebihannya. ‘Manusia normal’ vs ‘Manusia absurd’, bukankah ini layak dipertunjukan dalam sejarah kejadian manusia. Yang pasti peristiwa itu mampu merubah rona kehidupan yang dulunya berpendar berantakan. Dan dengan senang jiwa aku menawarkan diri sebagai penyumbang kekuatan ‘Manusia Normal’.

“Manusia absurd tak lebih dari seonggok daging bernyawa yang hanya menjadi pembunuh manusia lainnya. Dan sayangnya, itu jelas terlihat di sosok penguasa negri ini. Pantaslah negri ini akan semakin sakit dan akan tetap menjadi negri pesakitan”.

(Rabu, 25 Juli 2012)  

No comments:

Post a Comment