Manusia dimanapun dilahirkan dari
rahim seorang wanita. Terserah Ia memanggil sosok itu dengan sebutan Emak, Ibu,
Biyung, Emes, atau sebutan khas daerah lainnya. Makhluk satu ini memang
diciptakan oleh sang Esa memiliki berlebih kemampuan dibandingkan sejumlah
makhluk lain, yang hanya bermodalkan akal saja maupun nafsu belaka. Terlebih
dengan wujud jasmani sempurna lagi baik yang menempatkan Ia sebagai pemuncak
atas Hierarki makhluk penghuni bumi. Tingkat intelegensia diatas rata-rata dan
kemampuan bawaan yang dipunyainya menempatkan dirinya sebagai pemimpin bagi
dirinya sendiri serta manusia lain yang kebetulan mau Ia pimpin. Terkadang
perselisihan sesama manusia mewarnai lembaran cerita siapakah penikmat tampuk
kekuasaan yang nantinya pemenangnya akan dielukan keberadaannya sebagai seorang
pemimpin. Dan disinilah, keabsurdan
sebagai makhluk manusia menggeliat memudarkan nilai kemanusiaan itu sendiri.
Manusia memang istimewa. Beragam
intrik mampu Ia telurkan demi menggapai tujuan hidupnya. Terkait dalam tulisan
sederhana ini ialah cara yang Ia tempuh untuk menjadi penguasa di negri kaya
tak berdaulat, bisa dibilang negri pesakitan. Satu pedoman yang berlaku ialah
‘anda mampu mencalonkan sebagai calon penguasa jika anda punya modal, sekalipun
anda tak paham sedikitpun apa itu politik mengurusi masyarakat.’ Untuk itulah
muncul puluhan ‘partai kosong’. Mereka berlomba mendapat simpati rakyat, yang
dalam hal ini keberadaannya hanya dianggap ketika PEMILU akan berlangsung.
Janji manis sampai slogan ‘pemerintahan bersih’ diusung demi mendapat statistik
tertinggi dalam perhitungan suara nantinya. Seakan terbius, sebagian rakyat
yang memang nampak pasrah dengan keadaan negri pesakitan, atau memang Ia
tertutupi mata politiknya oleh kesibukannya sebagai pencari rupiah ataupun
pencari ilmu fundamentalis. Sampai benar-benar ketenangannya terusik oleh
kebijakan yang meracuni indah dunianya, barulah manusia ini tergugah untuk
mengatakan tidak pada penguasa. Egois, bahkan tak berperikemanusiaan layaklah
disematkan untuk tipikal manusia seperti ini. Idealnya ‘Manusia normal’
haruslah tegas jika nampak bentuk pemerintahan absurd serta bentuk pergantian pemimpin penuh kecurangan yang marak
terjadi di negri Ia hidup. Hingga aku pun bergumam, : ‘Negri ini akan tetap
dengan pesakitannya, jika manusia-manusia didalamnya semakin absurd dengan nilai kemanusiaannya. Dan
lengkaplah sudah penyakit yang diderita negri ini, saat manusianya terutama
pemimpin yang berkuasa mementingkan urusan perut dan urusan tunduk pada kekuasaan
asing.’ Lantas kelanjutan nasib negri ini akan menjadi seperti apa jika
manusia-manusia pengisinya semakin menjadi tak bermakna. Perlahan negri ini
akan melebar luka yang Ia derita, semakin lebar dan membusuk keberadaannya.
Hingga bangsa lain akan teramat kasihan melihat kondisi negri ini. Namun bukan
uluran yang didapat, melainkan satu persatu dari mereka akan berebut daging
yang terkelupas dengan sendirinya. Yah.. negri ini akan menjadi hidangan sedap
bagi negri-negri lain di dunia. Sebuah tanya dari diriku, : ‘Apakah anda
sebagai manusia yang mengaku masih normal akan terdiam membisu menatap keabsurdan yang melanda saudara-saudara
manusia lain?. Pergunakanlah kehebatan kalian sebagai bangsa manusia. Sebuah
ciptaan sang Esa dengan segudang kelebihannya. ‘Manusia normal’ vs ‘Manusia absurd’, bukankah ini layak
dipertunjukan dalam sejarah kejadian manusia. Yang pasti peristiwa itu mampu
merubah rona kehidupan yang dulunya berpendar berantakan. Dan dengan senang
jiwa aku menawarkan diri sebagai penyumbang kekuatan ‘Manusia Normal’.
“Manusia absurd tak lebih dari seonggok daging bernyawa yang hanya menjadi
pembunuh manusia lainnya. Dan sayangnya, itu jelas terlihat di sosok penguasa
negri ini. Pantaslah negri ini akan semakin sakit dan akan tetap menjadi negri
pesakitan”.
(Rabu, 25 Juli 2012)
No comments:
Post a Comment